Sunday, September 23, 2012

Antikoagulan dan PREVENSI SEKUNDER STROKE

Resiko terjadinya rekurensi stroke pada stroke infark secara umum antara 1-10%. Studi menunjukkan rekurensi dalam 3 bulan pertama setelah stroke lebih banyak terjadi pada kasus embolik daripada infark atherothrombotik. Pada Cerebral Embolism Task Force, melaporkan bahwa 12% pasien dengan kardioembolik akan mengalami emboli kedua dalam 2 minggu pertama.

Penelitian lain melaporkan rekurensi terjadinya stroke kardioembolik sekitar 10% dalam 1 tahun pertama setelah stroke. Dalam mencegah stroke kardioembolik berulang, antikoagulan lebih superior dibanding antitrombosit maupun plasebo.

Penelitian EAFT (European Atrial Fibrillation Trial) meneliti 1007 pasien dengan terapi Vitamin K Antagonis (target INR 3), aspirin (300mg/hari) atau placebo, melaporkan bahwa risiko stroke berulang pertahun berkurang pada kelompok menggunakan antikoagulan dibandingkan dengan kelompok plasebo. Namun pada pasien menggunakan VKA, risiko terjadinya perdarahan lebih tinggi.

Penelitian tahun 1995 oleh TEAFT (The European Atrial Fibrillation Trial Study Group) menunjukkan bahwa risiko perdarahan lebih tinggi pada pasien dengan INR diatas 4,5. Penelitian lain juga menunjukkan risiko perdarahan meningkat pada INR lebih dari 3 (Reynold et al, 2004). Selain INR, bertambahnya usia dan jumlah leukoaraiosis berkaitan dengan meningkatnya risiko perdarahan otak pada pemakaian warfarin. Beberapa studi acak yang lebih besar telah menunjukkan bahwa VKA tidak sesuai untuk pasien stroke dengan etiologi selain kardioembolik. Antiplatelet merupakan pengobatan yang tepat untuk pasien tersebut.

Penelitian ESPRIT (The European/Australasian Stroke Prevention in Reversible Ischemia Trial) membandingkan Vitamin K Antagonis (INR 2-3) dengan aspirin (30-325 mg perhari). Penelitian ini dihentikan sebelum waktunya karena didapatkan keunggulan aspirin pada 1.068 peserta.

Penelitian WASID (The Warfarin-Aspirin Symptomatic Intracranial Disease) membandingkan warfarin (INR 2-3) dengan aspirin (1.300 mg setiap hari) pada pasien dengan gejala stenosis intrakranial. Penelitian juga berhenti sebelum mencapai jumlah yang direncanakan karena terjadi pendarahan otak pada kelompok warfarin. Studi lain pada pasien stenosis arteri cerebri media juga disebutkan bahwa antiplatelet lebih unggul dibanding VKA.

Penelitian WARSS (Warfarin-Aspirin Recurrent Stroke Study) pada 2.206 pasien menggunakan warfarin (INR 1,4- 2.8) atau aspirin (325 mg/ hari) melaporkan pada kelompok warfarin didapatkan perdarahan lebih banyak dibanding aspirin.

Penelitian SPIRIT (Stroke Prevention in Reversible Ischemia Trial) menunjukkan bahwa 1.316 pasien dengan terapi VKA (INR 3-4) dibanding aspirin (30 mg/ hari) melaporkan tidak ada keuntungan penggunaan antikoagulan dalam mencegah stroke

No comments:

Post a Comment