Sunday, October 22, 2023

Catatan kearifan lokal penanganan stroke pelosok indonesia

Pagi itu berkumpul para tim kesehatan yang mengani stroke di suatu propinsi. Tidak hanya dokter spesialis saraf, namun dokter umum, perawat, radiolog, bedah syaraf dan lainnya turut hadir.

Banyak hal yang disampaikan dan dibagian oleh para peserta. Beberapa hal yang bisa dicatat adalah

1. Penanganan stroke tahap hiperakut fase pre-notifikasi.

Cek gula sejak awal

Pada tahapan ini para tenaga kesehatan dilatih menangani rujukan stroke, memberikan panduan tindakan yang harus dilakukan, misal pemeriksaan Gula darah acak  (GDA) sejak di ambulans bila tersedia. Pemeriksaan gula yang dibutuhkan hanya stik GDA. Hal ini akan membantu menyingkirkan diagnosis lain (seperti hipoglikemi) sehingga mempercepat penanganan pasien stroke di RS.

Ambulan desa

Beberapa RS daerah telah terintegrasi dengan ambulan-ambulan desa/dusun. Ke depan diharapkan adanya pelatihan pada petugas ambulans. Sehingga ambulans langsung ke RS yang memiliki fasilitas CT scan dan trombolisis. Jika mengandalkan ambulans milik RSU, waktu bisa habis. Butuh dua kali jalan dibandingkan langsung dirujuk dari desa/dusun.

Beruntung kota yang mempunyai tim gerak cepat. Mereka inilah yang diharapkan terlatih mengenali gejala stroke. Pasien bisa langsung merujuk ke RS pemerintah yang memiliki fasilitas CT dan trombolisis. 

Libatkan anak muda

Kota lain, ada yang melakukan trombolisis 15 kali. Bagaimana mereka bisa mencapai cakupan sebanyak itu? ternyata mereka gencar melakukan edukasi. Tidak sembarang edukasi. Edukasi klasik ke pasien di puskesmas, ke orang-orang tua, kegiatan PKK, pengajian.  Namun, edukasi dilakukan juga untuk para remaja usia SMA dan SMP.  Yang muda inilah yang ternyata aktif mengabarkan dan melakukan tindakan awal bila menemui pasien dengan gejala stroke....


MSA