Sunday, September 23, 2012

Dabigatran dan Stroke

Dabigatran etexilate, sebuah prodrug dari dabigatran, dengan cepat terserap dalam usus dan terkonversi menjadi dabigatran dalam enterosit, vena portal dan hati oleh mekanisme independen dari jalur sitokrom P-450. Obat tersebut memiliki plasma paruh 14 -17 jam, yang memungkinkan dosis sekali hingga dua kali sehari. Tingkat puncak yang dicapai 1,25-3 jam setelah asupan.

 Kapsul obat dabigatran terdiri dari butiran kecil (0,8 mm) dengan dilapisi asam tartarat. Asam tartarat menciptakan lingkungan mikro asam yang memungkinkan penyerapan independen dari pH lambung, tetapi bisa berefek 6% - 12% pasien mengalami dispepsia. Eliminasi dabigatran 80% melalui ginjal, dan 20% sisanya dengan melalui empedu setelah terkonjugasi menjadi metabolit aktif di hati. Dabigatran kontraindikasi pada pasien dengan gagal ginjal berat dan kehati-hatian penggunaannya pada pasien dengan insufisiensi ginjal sedang. Meskipun belum ada bukti terkait hepatotoksisitas, penggunaan sebaiknya kontraindikasi pada pasien dengan insufisiensi hati yang berat karena 20% dari eliminasi melalui sistem hepatobiliary (Stangier et al, 2008; Douketis JD, 2011).

 Pengawasan perlu diberikan kepada pasien dengan terapi obat yang mempengaruhi hemostasis, seperti acetylsalicylic acid (ASA) dan clopidogrel, karena adanya peningkatan pendarahan serius yang terjadi ketika digabungkan (Douketis JD, 2011). Dabigatran tidak memerlukan tes darah rutin juga tidak berinteraksi khusus dengan makanan dan obat-obatan.

 Dabigatran bukan suatu inducer maupun inhibitor cytochrome P450. Konsentrasi plasma dabigatran dapat meningkat atau atau mengalami penurunan oleh inhibitor ataupun inducer p-glikoprotein. Rifampisin, suatu inducer P-gp akan menurunkan konsentrasi dabigatran. Beberapa obat-obatan termasuk amiodarone, dronedarone, dan verapamil adalah inhibitor P-gp yang meningkatkan kadar dabigatran dalam plasma (Alberts MJ et al, 2012).

Studi RE-LY mengevaluasi efikasi dan keamanan 2 dosis berbeda dabigatran dibandingkan dengan warfarin. Dilakukan pada 18.000 pasien dengan Fibrilasi Atrial. Dengan hasil dabigatran 110 mg non inferior dibanding warfarin pada efikasi primer stroke maupun emboli sistemik. Dabigatran 150 mg secara signifikan lebih efektif dibanding warfarin maupun Dabigatran 110 mg. Dabigatran 150 mg memiliki risiko perdarahan sama dengan warfarin (Conolly SJ et al, 2009).

 Pemantauan efek antikoagulan dabigatran dapat dilakukan dengan mengukur Thrombin Time (TT), yang mengukur konversi fibrinogen menjadi fibrin oleh trombin (faktor II).

Saat ini belum ada antidotum yang dapat diberikan kepada pasien yang mengalami perdarahan selama terapi dabigatran (Douketis JD, 2011).

Pada Oktober 2010, Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat menyetujui penggunaan dabigatran untuk pencegahan primer dan pencegahan sekunder stroke (dan pencegahan emboli sistemik) pada pasien Fibrilasi Atrial. Uji coba klinis inhibitor trombin dan baru inhibitor faktor Xa untuk pencegahan stroke pasien AF menunggu 7 hari sampai 4 minggu setelah serangan stroke, mungkin upaya menghindari komplikasi perdarahan serebral (Alberts MJ et al, 2012).

No comments:

Post a Comment