Hipertensi sering dijumpai pada pasien stroke saat fase akut. Bila tidak dikelola
dengan baik, keadaan ini dapat berdampak buruk, yaitu semakin beratnya kerusakan
otak yang mengakibatkan meningkatnya disabilitas (kecacatan) dan mortalitas
(kematian)
Pada stroke iskemik akut, hipertensi yang tidak dikelola dengan baik dapat
berakibat meluasnya area infark atau reinfarction, edema serebral, serta transformasi
perdarahan.
Sedangkan pada stroke perdarahan, hipertensi dapat mengakibatkan
perdarahan ulang, dan semakin luasnya hematoma (perdarahan).
Selain karena hipertensi kronik, meningkatnya tekanan darah pada stroke akut
dapat pula disebabkan oleh stress yang terjadi pada saat serangan stroke, distensi
kandung kemih, respons fisiologik terhadap hipoksia serebral, maupun respons Cushing
terhadap peningkatan tekanan intrakranial akibat edema otak atau hematoma.
Seringkali tekanan darah akan turun dengan sendirinya bila pasien dirawat di ruangan
yang tenang sehingga dapat beristirahat dengan nyaman, kandung kemih dikosongkan,
dan nyeri yang dialami pasien diobati dengan baik.
Pengobatan terhadap tekanan intrakranial yang meningkat juga akan menurunkan tekanan darah.
Beberapa temuan menyebutkan bahwa penurunan tekanan darah hingga mencapai normotensi dapat terjadi dengan sendirinya (tanpa pemberian obat anti-hipertensi) pada duapertiga pasien stroke akut, setelah minggu pertama.
(dikutip dari tulisan Islam,MS; Seminar Sehari Pendekatan Terkini Penatalaksanaan Hipertensi Secara Holistik; Jember, 2011)