
Sunday, June 11, 2017
Saturday, October 1, 2016
Manajemen dislipidemi pada stroke
- Dislipidemia merupakan faktor risiko stroke yang sering ditemukan
- Manajemen dislipidemi pada stroke telah masuk pada banyak guideline seperti AHA ASA, Eropa, Jepang
- Banyak studi, yang banyak dipakai referensi adalah SPARCL 2006
- Pada prevensi primer stroke, langkah penanganan stroke seperti pada kasus penyakit jantung koroner menggunakan ACC/AHA. Langkah untuk PJK dapat dipakai untuk stroke dan gangguan arteri perifer. Dengan menghitung risiko terjadinya berdasar usia, kadar ldl dan rumus untuk 10 tahun kasus kardiovaskular even untuk menstratifikasi termasuk high risk atau lainnya. Pada AHA ASA rekomendasi statin untuk hi risk. atau bila tidak bisa dipilih golongan lain. tentunya disertai perubahan lifestyle
- Rumus untuk atherosklerotik risk bisa pakai secara online di https://www.mesa-nhlbi.org/CACReference.aspx
- Untuk prevensi sekunder stroke, statin dapat langsung diberikan pada subtipe atherosklerotik.
- Guideline ICH AHA ASA juga tidak melarang statin pada ICH
- Jika ada terapi gagal, evaluasi pakai ACC guideline, terkait kepatuhan, pikirkan juga secondary dislipedimia (pemakaian diuretik,amiodaron, steroid glukokortikoid, sindroma nefrotik, hipotiroid, kegemukan dan lain -lain)
Semoga bermanfaat,
Nikmatnya kebuli malam ini, sambil mengingat presentasi pagi tadi :)
Monday, July 11, 2016
Makanan pasien stroke dengan kolesterol naik dan diabetes
Makanan yang sehat dan tentunya halal sangat penting dalam mengkontrol faktor risiko stroke.
Pasien stroke yang memiliki kolesterol tinggi perlu mengurangi makanan ber kolesterol
dan menambah konsumsi sayur dan buah.
Buah bisa berupa apel, jeruk, wortel, anggur dan lain lain.
Namun untuk pasien stroke dengan kencing manis perlu takaran khusus
Makanan sebaiknya mengandung tinggi serat, rendah lemak serta membatasi gula.
Total kebutuhan kalori makanan dihitung berdasarkan berat badan pasien stroke.
Sayur merupakan sumber serat yang penting
Sumber protein dapat diberikan dari ikan, ayam
Tetap kontrol kadar gula secara rutin.
Dokter biasanya memeriksakan kadar gula puasa, 2 jam setelah makan, gula acak dan A1C.
Jika pasien merasa lapar, pemberian sayur, sop rendah kalori dapat diberikan.
Rutin periksa mata setiap dua tahun jika perlu.
Biasanya juga diperiksa kencing dan saraf perasa pada kaki
Hindari pemanis buatan
Minyak seperti olive oil dapat digunakan dalam kadar tidak berlebih
Batasi garam maksimal 5 gram perhari (sekitar 1 sendok teh). Jauhkan garam botol dari meja makan
Pasien stroke yang memiliki kolesterol tinggi perlu mengurangi makanan ber kolesterol
dan menambah konsumsi sayur dan buah.
Buah bisa berupa apel, jeruk, wortel, anggur dan lain lain.
Namun untuk pasien stroke dengan kencing manis perlu takaran khusus
Makanan sebaiknya mengandung tinggi serat, rendah lemak serta membatasi gula.
Total kebutuhan kalori makanan dihitung berdasarkan berat badan pasien stroke.
Sayur merupakan sumber serat yang penting
Sumber protein dapat diberikan dari ikan, ayam
Tetap kontrol kadar gula secara rutin.
Dokter biasanya memeriksakan kadar gula puasa, 2 jam setelah makan, gula acak dan A1C.
Jika pasien merasa lapar, pemberian sayur, sop rendah kalori dapat diberikan.
Rutin periksa mata setiap dua tahun jika perlu.
Biasanya juga diperiksa kencing dan saraf perasa pada kaki
Hindari pemanis buatan
Minyak seperti olive oil dapat digunakan dalam kadar tidak berlebih
Batasi garam maksimal 5 gram perhari (sekitar 1 sendok teh). Jauhkan garam botol dari meja makan
Tuesday, May 28, 2013
Gangguan menelan pasien stroke
Sekitar separuh pasien stroke mengalami
kesulitan menelan saat di rumahsakit. Kesulitan menelan disebutkan terkait
dengan tingginya kasus kematian dan buruknya outcome pasien stroke, termasuk
tinggi risiko mengalami penumoni, dehidrasi dan malnutrisi.
Ada
beberapa cara mengenali disfagia pada pasien stroke, pertama pada beberapa
kasus stroke batang otak dan stroke bilateral otak. Pada
kedua jenis stroke tersebut, pasien sangat
berisiko mengalami disfagia. Kedua, jika pasien mengalami sesak, batuk atau
perubahan suara setelah makan atau minum, berhati-hatilah terhadap kemungkinan
aspirasi. Dokter neurolog biasanya memeriksa saraf pasien dan refleks muntah
pada pasien. Bila sangat diperlukan, akan dilanjutkan dengan konsultasi untuk
pemeriksaan FEES (Fibreoptic Endoscopic Evaluation of Swallowing).
Penyebab kesulitan menelan (dikenal dengan
istilah disfagia) pada pasien stroke dapat disebabkan beberapa hal,
diantaranya:
- Kelemahan pada tahap oral. Pada pasien dengan kelemahan
atau ganguan koordinasi wajah atau lidahakan menalami kesulitan dalam mengolah makanan
dalam mulut, maupun merubah bentuk makanan.
- Kegagalan penutupan laring yang
akan menyebabkan aspirasi
- Berkurangnya "peristaltik" faring
Sunday, February 10, 2013
Gangguan kencing pasien stroke
Gangguan kencing paska stroke merupakan hal yang sering dialami pasien stroke, Brittain dkk melaporkan bahwa sekitar 32-79 persen pasien stroke mengalami inkontinensi saat masuk rumahsakit
Brittain dan rekannya mencatat bahwa dalam berbagai, inkontinensia studi pada masuk rumah sakit, dan 25-28 persennya masih mengalami inkontinensia urin saat pasien keluar rumahsakit.
Brittain dan rekannya mencatat bahwa dalam berbagai, inkontinensia studi pada masuk rumah sakit, dan 25-28 persennya masih mengalami inkontinensia urin saat pasien keluar rumahsakit.
Tuesday, January 15, 2013
Strategi Penanggulangan Stroke
Sekurang-kurangnya ada 5 komponen dalam strategi penanggulangan stroke. Kelima komponen tersebut adalah:
1. Promotif. Upaya ini bertujuan untuk menurunkan angka kejadian stroke dengan mencegah peningkatan faktor risiko stroke di masyarakat. Termasuk upaya ini adalah kampanye atau penyuluhan tentang gaya hidup sehat agar terhindar dari berbagai faktor risiko stroke, seperti merokok, minum alkohol, inaktivitas, dan obesitas.
2. Prevensi primer. Upaya ini bertujuan untuk menurunkan angka kejadian stroke dengan mencari dan mengobati individu yang mempunyai faktor risiko tinggi terserang stroke, antara lain hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit jantung.
3. Prevensi sekunder, untuk mencegah serangan ulang pada penderita yang pernah mengalami serangan stroke atau TIA (transient ischemic attack). Upaya ini diha-rapkan dapat menurunkan angka kekambuhan (rekurensi).
4. Terapi stroke fase akut. Upaya ini bertujuan untuk menurunkan angka kematian dan kecacatan pada penderita yang mengalami serangan stroke untuk pertama kalinya maupun serangan ulang.
5. Rehabilitasi. Di samping keempat komponen di atas, tidak kalah pentingnya adalah usaha meningkatkan kemandirian penderita melalui upaya rehabi-litasi.
1. Promotif. Upaya ini bertujuan untuk menurunkan angka kejadian stroke dengan mencegah peningkatan faktor risiko stroke di masyarakat. Termasuk upaya ini adalah kampanye atau penyuluhan tentang gaya hidup sehat agar terhindar dari berbagai faktor risiko stroke, seperti merokok, minum alkohol, inaktivitas, dan obesitas.
2. Prevensi primer. Upaya ini bertujuan untuk menurunkan angka kejadian stroke dengan mencari dan mengobati individu yang mempunyai faktor risiko tinggi terserang stroke, antara lain hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit jantung.
3. Prevensi sekunder, untuk mencegah serangan ulang pada penderita yang pernah mengalami serangan stroke atau TIA (transient ischemic attack). Upaya ini diha-rapkan dapat menurunkan angka kekambuhan (rekurensi).
4. Terapi stroke fase akut. Upaya ini bertujuan untuk menurunkan angka kematian dan kecacatan pada penderita yang mengalami serangan stroke untuk pertama kalinya maupun serangan ulang.
5. Rehabilitasi. Di samping keempat komponen di atas, tidak kalah pentingnya adalah usaha meningkatkan kemandirian penderita melalui upaya rehabi-litasi.
Faktor Risiko Stroke
Dengan memahami faktor risiko stroke, kita dapat
memperkirakan berbagai hal yang dapat mempermudah terjadinya serangan stroke. Beberapa
faktor risiko, yaitu umur, jenis kelamin, faktor herediter (familial), ras
(etnik), geografi, dan iklim, memang tidak bisa diubah. Akan tetapi faktor risiko lainnya mungkin bisa
diubah. Dengan demikian, konsep ini sangat bermanfaat dalam strategi
penanggulangan stroke yang meliputi upaya penurunan angka kejadian, kecacatan,
dan kematian akibat stroke.
Status gizi pasien stroke
-->
Status gisi yang buruk tersebut
akan menurunkan kemampuan sistem kekebalan tubuh, mempermudah terjadinya
infeksi (misalnya pneumonia, sepsis), perdarahan saluran pencernaan, borok
tekan (dekubitus), dan penyulit lainnya, memperlambat kesembuhan dan memperlama
masa perawatan. Angka kecacatan dan kematian penderita stroke dengan gisi buruk
lebih tinggi dibandingkan penderita stroke dengan gisi baik. Dikemukakan bahwa
risiko kematian penderita stroke dengan gisi buruk adalah 1,82 kali lebih
tinggi dibandingkan penderita dengan gisi baik.
STATUS GIZI STROKE
Beberapa penelitian dengan menggunakan pengukuran antropometrik maupun pemeriksaan kadar protein (albumin) telah banyak dilakukan pada penderita stroke. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa status gisz yang buruk sering dijumpai pada penderita stroke, terutama yang berusia lanjut, saat masuk ke rumah sakit.
Status gisi yang buruk tersebut
akan menurunkan kemampuan sistem kekebalan tubuh, mempermudah terjadinya
infeksi (misalnya pneumonia, sepsis), perdarahan saluran pencernaan, borok
tekan (dekubitus), dan penyulit lainnya, memperlambat kesembuhan dan memperlama
masa perawatan. Angka kecacatan dan kematian penderita stroke dengan gisi buruk
lebih tinggi dibandingkan penderita stroke dengan gisi baik. Dikemukakan bahwa
risiko kematian penderita stroke dengan gisi buruk adalah 1,82 kali lebih
tinggi dibandingkan penderita dengan gisi baik.
Berdasarkan fakta tersebut diatas, maka status gizi penderita stroke harus diperhatikan dengan seksama sejak saat penderita masuk ke rumah sakit. Selama perawatan di rumah buruk sering dijumpai pada penderita stroke, terutama yang berusia lanjut, saat masuk ke rumah sakit.
Selama perawatan di
rumah sakit, harus dilakukan pemantauan dan penanggulangan terjadinya starvasi
dan malnutrisi nosokomial. Hal terakhir ini sering terjadi akibat kurangnya
perhatian para dokter, perawat, dietisien, maupun keluarga penderita, sehingga
kebutuhan nutrisi selama perawatan tidak terpenuhi dengan baik.
Penyebab lain adalah pendeita tidak mau atau tidak bisa makan oleh karena pada penderita stroke sering dijumpai penyulit harus dilakukan pemantauan dan penanggulangan terjadinya starvasi dan malnutrisi nosokomial. Hal terakhir ini sering terjadi akibat kurangnya perhatian para dokter, perawat, dietisien, maupun keluarga penderita, sehingga kebutuhan nutrisi selama perawatan tidak terpenuhi dengan baik. Penyebab lain adalah pendeita tidak mau atau tidak bisa makan oleh karena pada penderita stroke sering dijumpai penurunan kesadaran (koma), gangguan fungsi menelan (disfagia), anoreksia dan sebagainya.
Penyebab lain adalah pendeita tidak mau atau tidak bisa makan oleh karena pada penderita stroke sering dijumpai penyulit harus dilakukan pemantauan dan penanggulangan terjadinya starvasi dan malnutrisi nosokomial. Hal terakhir ini sering terjadi akibat kurangnya perhatian para dokter, perawat, dietisien, maupun keluarga penderita, sehingga kebutuhan nutrisi selama perawatan tidak terpenuhi dengan baik. Penyebab lain adalah pendeita tidak mau atau tidak bisa makan oleh karena pada penderita stroke sering dijumpai penurunan kesadaran (koma), gangguan fungsi menelan (disfagia), anoreksia dan sebagainya.
OBESITAS
Obesitas
juga merupakan masalah yang harus diperhatikan pada penderita stroke. Penderita
stroke akut harus tirah baring selama 1-2 minggu atau lebih, sehingga kebutuhan
kalori harus diperhatikan agar tidak berlebihan. Penderita stroke dengan
obesitas, apalagi yang disertai faktor risiko (diabetes melitus, tekanan darah
tinggi) dan gangguan mobilisasi (kelumpuhan), memerlukan perhatian dalam upaya
penurunan berat badan selama perawatan.
Stroke dan hipertensi
Hipertensi sering dijumpai pada pasien stroke saat fase akut. Bila tidak dikelola
dengan baik, keadaan ini dapat berdampak buruk, yaitu semakin beratnya kerusakan
otak yang mengakibatkan meningkatnya disabilitas (kecacatan) dan mortalitas
(kematian)
Pada stroke iskemik akut, hipertensi yang tidak dikelola dengan baik dapat
berakibat meluasnya area infark atau reinfarction, edema serebral, serta transformasi
perdarahan.
Sedangkan pada stroke perdarahan, hipertensi dapat mengakibatkan
perdarahan ulang, dan semakin luasnya hematoma (perdarahan).
Selain karena hipertensi kronik, meningkatnya tekanan darah pada stroke akut
dapat pula disebabkan oleh stress yang terjadi pada saat serangan stroke, distensi
kandung kemih, respons fisiologik terhadap hipoksia serebral, maupun respons Cushing
terhadap peningkatan tekanan intrakranial akibat edema otak atau hematoma.
Seringkali tekanan darah akan turun dengan sendirinya bila pasien dirawat di ruangan
yang tenang sehingga dapat beristirahat dengan nyaman, kandung kemih dikosongkan,
dan nyeri yang dialami pasien diobati dengan baik.
Pengobatan terhadap tekanan intrakranial yang meningkat juga akan menurunkan tekanan darah.
Beberapa temuan menyebutkan bahwa penurunan tekanan darah hingga mencapai normotensi dapat terjadi dengan sendirinya (tanpa pemberian obat anti-hipertensi) pada duapertiga pasien stroke akut, setelah minggu pertama.
(dikutip dari tulisan Islam,MS; Seminar Sehari Pendekatan Terkini Penatalaksanaan Hipertensi Secara Holistik; Jember, 2011)
Tuesday, January 8, 2013
Klasifikasi STROKE
KLASIFIKASI
Berdasarkan gambaran patologik yang terjadi, stroke dikelompokkan menjadi 2 golongan,
yaitu stroke iskemik (infark) dan stroke hemoragik (perdarahan).
Pada stroke iskemik, gangguan fungsi otak disebabkan oleh berkurangnya aliran darah ke otak karena proses trombosis, emboli, atau sebab lainnya. Sehingga stroke iskemik digolongkan lagi menjadi stroke iskemik trombotik, stroke iskemik embolik, dan stroke iskemik karena sebab lainnya (misalnya sindroma antifosfolipid, defisiensi protein C dan S, homosisteinemia, anemia sel sickle, polisitemia vera).
Pada stroke hemoragik, perdarahan dapat terjadi didalam parenkim otak (disebut stroke perdarahan intraserebral), maupun didalam ruang subaraknoid (disebut stroke perdarahan subaraknoid). Tiga faktor yang menjadi penyebab utama stroke hemoragik, yaitu: (1) faktor anatomik (lesi atau malformasi pembuluh darah otak), (2) faktor hemodinamik (hipertensi), dan (3) faktor hemostatik (berkaitan dengan fungsi trombosit dan sistim koagulasi).
NB: silakan baca update tulisan lain mengenai klasifikasi stroke di blog ini. Terimakasih
Pada stroke iskemik, gangguan fungsi otak disebabkan oleh berkurangnya aliran darah ke otak karena proses trombosis, emboli, atau sebab lainnya. Sehingga stroke iskemik digolongkan lagi menjadi stroke iskemik trombotik, stroke iskemik embolik, dan stroke iskemik karena sebab lainnya (misalnya sindroma antifosfolipid, defisiensi protein C dan S, homosisteinemia, anemia sel sickle, polisitemia vera).
Pada stroke hemoragik, perdarahan dapat terjadi didalam parenkim otak (disebut stroke perdarahan intraserebral), maupun didalam ruang subaraknoid (disebut stroke perdarahan subaraknoid). Tiga faktor yang menjadi penyebab utama stroke hemoragik, yaitu: (1) faktor anatomik (lesi atau malformasi pembuluh darah otak), (2) faktor hemodinamik (hipertensi), dan (3) faktor hemostatik (berkaitan dengan fungsi trombosit dan sistim koagulasi).
NB: silakan baca update tulisan lain mengenai klasifikasi stroke di blog ini. Terimakasih
Batasan dan Pengertian Stroke

Pada serangan iskemik otak sepintas (SOS) atau transient ischemic attack (TIA), gangguan fungsi otak hanya berlangsung selama beberapa menit atau jam saja, dan selanjutnya akan sembuh tanpa meninggalkan sisa gejala neurologik sama sekali.
Gejala dan tanda TIA harus diwaspadai, karena hal ini merupakan gejala peringatan akan terjadinya stroke di kemudian hari.
Subscribe to:
Posts (Atom)